JAKARTA(SI) – Kepala Perwakilan Bank Dunia Joachim von Amsberg mengatakan, pemerintah perlu menjaga stabilitas perekonomian dan kebijakan fiskal Indonesia yang kuat dalam beberapa tahun terakhir.
Menurutnya, jika itu dapat dioptimalisasikan, Indonesia dapat terus memiliki peluang untuk terus berkembang dalam 10 tahun mendatang. Kendati demikian, dia menyoroti persoalan yang masih terus menjadi perhatian yakni kekuatan untuk menarik investor asing.
”Meski memiliki fondasi perekonomian yang stabil dalam beberapa tahun ini, Indonesia belum mampu mengalahkan Vietnam, Thailand, dan Malaysia dalam menarik investor asing,”kata Amsberg dalam Perayaan 40 Tahun Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman (Ekonid) di Jakarta,Rabu (12/5).
Dia menyebutkan, pertumbuhan penanaman modal asing di Indonesia pada periode 2003-2008 hanya sekitar 2%. Jumlah tersebut sama dengan yang terjadi di Filipina.Berbagai data menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil, terutama dalam dua tahun terakhir pascakrisis keuangan global. Menurutnya,hal ini bisa terjadi karena Indonesia memiliki inflasi terendah sepanjang sejarah, perdagangan internasional yang cukup rendah namun pasar domestik sangat besar, dan fondasi fiskal yang cukup kuat.
”Indonesia melakukan dengan baik bahkan bisa dikatakan sebagai kisah sukses. Stabilitas politik, ekonomi makro, dan manajemen fiskal yang kuat menjadi proses yang terus berjalan,”ujar Amsberg. Amsberg mengapresiasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata berkisar pada angka 6%. Jika dibandingkan Malaysia dan Thailand, Indonesia masih lebih baik.
Dia memprediksi, jika Indonesia bisa memanfaatkan momentum kekuatan perekonomian saat ini,bukan hal yang mustahil perekonomian Indonesia akan tumbuh lebih cepat. Indonesia diprediksi akan berkembang menjadi basis ekonomi wilayah yang bergantung pada pertumbuhan permintaan domestik.” Kondisi ini yang membedakan Indonesia dengan China.
China bisa berkembang berkat pertumbuhan ekspor dan Indonesia melalui pasar domestik,”katanya. Dia mengatakan, upaya pencapaian perekonomian yang berkembang cepat harus diikuti dengan perhatian dari Pemerintah Indonesia.Masih ada beberapa pekerjaan rumah yang perlu dibenahi misalnya membuat kebijakan yang tepat untuk dapat menarik investor menanamkan modal di Indonesia.
Salah satu caranya dengan mempercepat dan memperbaiki infrastruktur. Masalah infrastruktur berkaitan langsung dengan biaya distribusi logistik, dan Indonesia tercatat sebagai yang termahal di kawasan Asia Tenggara. Amsberg memaparkan,ongkos pengiriman dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Belawan berkisar USD250-350 per peti kemas, sementara dari Tanjung Priok ke Singapura hanya USD180-245 per peti kemas.
Saat ini investor asing masih menunggu langkah pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dan pembangunan infrastruktur yang menunjang penanaman modal mereka. Sementara itu, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika mengatakan, saat ini bukan hanya Indonesia yang kondisi perekonomiannya perlahan membaik, melainkan juga negara lain sehingga pemerintah memiliki tugas yang cukup berat untuk menjaga stabilitas perekonomian.
Kendati demikian, dia mengatakan, perekonomian yang sehat tidak hanya dilihat dari besarnya aliran modal asing yang masuk. ”Tapi, bagaimana dana tersebut bisa diarahkan ke investasi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat agar tercipta perekonomian yang sehat,”tambah Erani.
Pengamat ekonomi UGM Tony Prasetiantono sebelumnya mengatakan, meskipun saat ini krisis global berangsur-angsur pulih, Indonesia dan negara Asia lainnya wajib mempersiapkan diri jika ada krisis selanjutnya.Termasuk dampak dari krisis Yunani dan over investasi di China. ”Saya lihat di masa depan akan ada lagi krisis ekonomi, tapi kita tidak tahu kapan.
Jadi Indonesia harus bersiap jika nanti ada krisis yang lebih besar lagi,”tegasnya. Tony menilai, jika sektor keuangan Indonesia bisa memberikan jaminan terbaik untuk padat modal dan perlahan bangkit dari kondisi perekonomian global yang buruk, Indonesia akan lebih siap untuk menghadapi krisis berikutnya. Namun, beberapa persoalan masih menghinggapi Indonesia yakni masalah korupsi dan penyediaan infrastruktur.
Saat ini hanya 2% dari PDB untuk membangun infrastruktur.Padahal, katadia, yang ideal adalah5% atau sekitar Rp250 miliar.”Untuk infrastruktur, yang terbaik masih dipegang oleh China dengan 10% dari PDB. Investor selalu memiliki citra bahwa infrastruktur Indonesia masih kurang,”ungkapnya.
Sumber : Harian Seputar Indonesia
web link : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/324109/
Hari,tanggal : Thursday, 13 May 2010
Ulasan :
pemerintah Indonesia diminta untuk menjaga stabilitas perekonomian dan kebijakan fiskal Indonesia yang kuat dalam beberapa tahun terakhir. dengan begitu, Indonesia dinilai memiliki peluang yang besar untuk terus tumbuh dalam 10 tahun mendatang. namun, masih ada satu hal yang perlu diperhatikan yaitu cara untuk menarik investor asing. penanaman modal oleh asing di Indonesia diperkirakan masih kurang, sehingga pertumbuhan ekonomi di Indonesia dirasa kurang. kebijakan yang baik juga harus dibuat oleh pemerintah, sehingga kebijakan tersebut dapat menarik investor asing tanpa harus memberikan sisi negatif bagi perekonomian di sektor usaha kecil dan menengah. pembangunan dan perbaikan infrastruktur juga diharapkan dapat dilakukan dengan cepat, sehingga para investor asing tidak ragu lagi untuk menanamkan modalnya di Indonesia. namun dibalik itu semua, yang terpenting adalah bagaimana pembangunan tersebut dapat menyentuh aspek kehidupan masyarakat sehingga tercipta perekonomian yang sehat ke depannya.
No comments:
Post a Comment